4 Pasar Kuliner Ramadhan di Jogja

Bulan ramadhan adalah bulan yang telah lama ditunggu-tunggu – bulan berkah dan belas kasihan. Semua orang menyambut bulan dengan gembira, meskipun harus berpuasa lebih dari 12 jam setiap hari. Sambil menunggu suara adzan di Masjid, orang-orang biasa menghabiskan waktu mereka di sore hari dengan jalan-jalan dan berbelanja makanan untuk berbuka puasa. Kegiatan semacam ini telah dikenal luas sebagai ngabuburit-kosa kata Sunda yang telah populer di seluruh pulau Jawa. Di Jogja sendiri, ada beberapa tempat yang bisa Anda pilih untuk ngabuburit, yang semuanya dapat ditemukan hanya sekali dalam setahun, dan menjadi tempat yang wajib dikunjungi selama bulan Ramadhan.

1. Pasar Sore Kauman

Terletak di jalan sempit di daerah Kauman yang legendaris, Kampung Ramadhan Kauman adalah salah satu tempat ngabuburit wajib di Jogja. Pantas; di sinilah kampung Ramadhan tertua pertama kali diadakan, saat itu pada tahun 1973. Perasaan antik mendominasi udara karena Kauman adalah daerah perumahan tua dengan arsitektur bergaya antik mendominasi. Lusinan stan berdiri di depan rumah penduduk setempat, masing-masing menawarkan berbagai makanan untuk berbuka puasa. Salah satu makanan paling menarik yang ditawarkan adalah berbagai jenis pepes (makanan yang dikukus, biasanya terbuat dari ikan, dengan rempah-rempah dan dibungkus dengan daun pisang) -dari tahu pepes dan bahkan kerang. Makanan lain juga menggoda. Namun, dari begitu banyak makanan ringan yang ditawarkan, kicak adalah yang paling dicari karena diproduksi hanya selama bulan Ramadhan. Terbuat dari ketan, gula, kelapa parut, dan potongan kecil nangka, kicak pertama kali diproduksi oleh Mbah Wono-a Kauman lokal. Bahkan hingga saat ini, kicak yang ia produksi masih dicari oleh banyak orang selama bulan Ramadhan. Ada juga sirup jambu biji, yang dikatakan sebagai salah satu minuman favorit Raja HB IX dan X; minumannya enak, disajikan dingin atau panas.

2. JalurGaza -Jajanan Lauk, Sayur, Gubug Ashar Zerba Ada

Tempat kedua untuk ngabuburit adalah Jalurgaza. Jangan khawatir; ini bukan Jalur Gaza khusus di Timur Tengah, yang menjadi medan perang antara Israel dan Palestina. Jalurgaza di sini adalah akronim untuk jajanan lauk sayur gubuk ashar zerba ada. Di sini, peluru kendali dan peluru digantikan oleh makanan lezat, sementara pasukan pemberani digantikan oleh penjual yang berusaha mencari nafkah.

Terletak di dekat Masjid Mutohirin di sepanjang jalan Sorogenan, daerah ini dipenuhi oleh deretan stan yang menawarkan berbagai makanan untuk memecah puasa-dari makanan ringan hingga makanan lengkap. Jika Anda melewatkan rasa kue corobikang asli, Anda dapat menemukannya di sini. Disajikan panas dan segar dari cetakan, rasa vanila manis pasti akan menarik perhatian Anda. Berbagai macam minuman juga tersedia, masing-masing menggoda Anda dengan tetesan embun dingin.

Tidak hanya penjual makanan, berbagai acara juga diadakan untuk merayakan bulan yang paling ditunggu-tunggu bagi umat Islam – seperti musik live, buka puasa bersama, acara amal untuk anak yatim, dan pembacaan berskala besar.

3. Kampung Ramadhan Jogokaryan

Dengan mengambil Bregodo Jogokaryo sebagai maskotnya, Kampung Ramadhan Jogokaryan siap untuk merayakan bulan suci Ramadhan. Tepat setelah sholat sore, daerah di sekitar Masjid Jogokaryan diubah menjadi pesta dadakan. Berbagai makanan ditampilkan, dari makanan ringan tradisional hingga bento Jepang. Mereka memiliki semuanya. Di dekat masjid, asap dari sate koyor bakar (sate yang terbuat dari ayam / kambing / lemak sapi) memenuhi udara; aroma manis dari lemak yang terbakar membuat kami merasa seolah-olah waktu melayang perlahan ke saat berbuka puasa.

Kampung Ramadhan Jogokaryan dihadiri tidak hanya oleh penjual makanan tetapi juga oleh penjual kain dan mainan. Pakaian yang biasa ditawarkan di sini adalah pakaian muslim dan perlengkapan sholat lainnya. Masjid Jogokaryan, yang merupakan contoh Masjid, juga mengadakan berbagai kegiatan seperti makan gratis untuk berbuka puasa hingga 1.000 porsi, sahur kolektif (berbuka puasa di awal fajar), dan shalat tarawih, seperti yang diadakan di Madinah, setiap Kamis malam termasuk membaca satu bagian dari Alquran.

4. Lembah UGM

Berbeda dengan tiga tempat ngabuburit lain yang tampaknya menyerupai kampung, lembah UGM (bukan lembah yang sebenarnya; hanya nama panggilan) muncul dengan nuansa urban. Seharusnya tidak mengejutkan karena tempat ini terletak di dalam area kampus terbesar di Jogja yang, jelas, dihuni oleh banyak pemuda. Rasa urban terwujud dalam berbagai komoditas yang ditawarkan, yang sebagian besar adalah menu asing seperti sosis panggang Jerman, kue tebu India, kimbab Korea, dan sebagainya. Tetap saja, itu tidak menyiratkan bahwa makanan lokal sedang tertinggal dalam popularitas. Gerai Mendoan ala Banyumas menarik pembeli, sambil berdiri dekat dengan penjual buah dan penjual es tebu. Hal lain yang menarik adalah bahwa mayoritas penjual adalah mahasiswa. Lembah UGM tampaknya menjadi surga bagi para pecinta kuliner, menjadikannya salah satu tempat yang paliang banyak dikunjungi.

Untuk mengelilingi kota Jogja anda dapa merental mobil di www.onejogja.com

sumber : https://jogjarentalmobil.net/paket-wisata/